Sidrap — Langit Tonronge cerah sore itu. Matahari bersinar hangat, tapi tak seterik sambutan warga yang datang berbondong-bondong.
Muh. Datariansyah, calon Wakil Bupati Sidrap nomor urut 1, melangkah masuk ke desa. Tak sendirian. Di sisinya ada Zaenal, Ketua Tim Pemenangan DOATA, dan tim kecil yang menyertai mereka.
Sapaan warga begitu ramah. Suara riuh anak-anak, tawa orang tua, menyatu. Mereka menyambut dengan antusias. Seolah menyambut harapan baru.
Datariansyah berdiri di tengah warga, berbicara. Kalimat-kalimatnya pendek, namun sarat makna. “Bagi kami, warga Sidrap harus hidup lebih baik,” ujarnya.
Ia kemudian memperkenalkan sejumlah program unggulan yang dibawa oleh pasangan DOATA, program-program yang digadang akan membuat Sidrap lebih bersinar, khususnya bagi mereka yang kurang mampu.
“PBB untuk warga miskin? Gratis. Kalau nilai objek pajak di bawah 50 ribu, tidak perlu bayar. Ini meringankan beban,” jelasnya sambil memandangi warga yang terlihat manggut-manggut paham.
Belum selesai, Datariansyah melanjutkan dengan program listrik gratis. “Yang 450 dan 900 KWH, tak perlu lagi bayar tiap bulan. Pemerintah yang akan tanggung,” tambahnya. Wajah-wajah di depannya tampak lega. Di desa, listrik bukan sekadar penerangan. Ia menjadi denyut kehidupan.
“Kami akan bangun dan bedah 1.000 rumah per tahun. Agar semua orang bisa tinggal di rumah yang layak,” lanjutnya, menyentuh titik haru bagi mereka yang rumahnya mungkin tak lagi kokoh berdiri.
Sorot mata warga tampak berbinar saat Datariansyah menyebutkan program pengobatan gratis, lengkap dengan layanan antar jemput bagi mereka yang sakit. “Bagi yang memerlukan, tak perlu khawatir soal biaya. Kami siapkan layanan antar-jemput,” katanya. Bagi masyarakat di pelosok, ini bukan sekadar janji. Ini menyelamatkan nyawa.
Ada pula seragam sekolah gratis bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu, dari TK hingga SMP. “Pendidikan adalah hak. Dan tak seharusnya seragam jadi hambatan,” ujarnya tegas. Anak-anak di Tonronge, yang mendengarkan dari balik punggung orang tua mereka, tersenyum lebar.
Dan tak lupa, program infrastruktur untuk membangun jalan dan jembatan di setiap kecamatan, dengan dana Rp 5 miliar per tahun. Ini lebih dari sekadar aspal atau beton. Bagi warga, ini artinya lebih mudah menjual hasil tani, lebih dekat ke pasar, lebih aman ke sekolah.
Datariansyah juga mengapresiasi para imam, pegawai syara, dan guru mengaji. “Mereka inilah yang menjaga moral kita. Kesejahteraan mereka harus kita jaga,” katanya, tulus.
Sebelum menutup, Datariansyah berpesan, “Kami tak minta banyak. Hanya doakan kami, dan jika berkenan, pilih nomor 1 pada 27 November nanti.”
Suasana penuh harap mengiringi rombongan saat mereka meninggalkan Tonronge. Di sana, janji-janji sederhana telah menjadi suara optimisme.